Bebaskan Diri dari Ekspektasi Orang Lain: Saatnya Hidup untuk Dirimu Sendiri
tapi karena terus-menerus menjadi versi diri yang bukan kamu?
Waktu aku lulus kuliah, orang-orang mengira aku akan kerja di perusahaan besar,
pakai jas rapi, bawa koper, dan duduk di kantor megah.
Padahal, diam-diam aku cuma pengin hidup tenang,
kerja dari mana aja, dan punya waktu buat hal-hal kecil yang bikin bahagia—
kayak ngopi sore sambil baca buku.
Tapi aku tetap coba jalan yang "dianggap benar".
Aku kirim CV ke sana-sini, ikut wawancara yang bikin cemas,
bahkan sempat kerja di tempat yang katanya prestisius...
tapi setiap pulang, aku merasa hampa.
Bukan karena pekerjaannya jelek.
Tapi karena itu bukan hidup yang aku mau.
Itu hidup yang orang lain pikir seharusnya aku jalani.
Dan lucunya, saat aku memutuskan berhenti dan mulai jalan sendiri, komentar itu mulai datang:
“Sayang banget ijazahnya…”
“Nanti orang tua kamu kecewa loh…”
“Masa kamu cuma begini aja?”
Setiap kata itu kayak benang tak terlihat yang mengikatku,
menarikku untuk kembali jadi "orang lain".
Sampai suatu hari aku sadar:
Kalau aku terus hidup untuk memuaskan ekspektasi orang lain, siapa yang akan menjalani hidupku sepenuhnya?
Melepaskan diri dari ekspektasi orang lain bukan berarti egois.
Itu tentang mengenal diri,
menghargai keinginan hati, dan berani hidup dengan cara yang paling jujur buat kita.
Karena pada akhirnya, kamu yang bangun tiap pagi dengan rasa syukur... atau justru beban.
Kamu yang tidur tiap malam dengan damai... atau gelisah.
Dan kamu yang akan menua bersama pilihan-pilihanmu—bukan mereka.
✨ Pernahkah kamu merasa terjebak dalam ekspektasi orang lain? Ceritain di kolom komentar. Siapa tahu, kita bisa saling menguatkan.
Tidak ada komentar: