Healing Itu Proses, Bukan Tujuan Instan
"Aku udah liburan ke Bali, journaling tiap hari, coba meditasi... Tapi kenapa masih ngerasa kosong?"
Singkat, tapi penuh beban.
Aku diam, menatap layar. Lalu berpikir, berapa banyak dari kita yang pernah ngerasa begitu?
Karena di kepala kita, 'healing' sering dibungkus seperti produk cepat saji.
Voila — sembuh. Bahagia. Damai.
Tapi kenyataannya...
Healing itu bukan destinasi yang bisa kita tandai di Google Maps.
Dia lebih mirip jalan setapak yang kadang terang, kadang kabut, kadang penuh duri.
Cerita ini bukan tentang orang lain. Ini cerita gue. Dan mungkin juga lo.
Udah bisa ketawa, kerja normal, bahkan bisa kasih nasihat ke orang lain.
Tapi suatu malam, satu lagu random di playlist muter...
dan air mata turun tanpa aba-aba.
Ternyata luka lama masih numpang hidup.
Enggak hilang — cuma lagi tidur.
Dan saat dia bangun, rasanya kayak diseret balik ke titik nol.
"Katanya udah sembuh, kok gini lagi?"
Tapi di situlah gue belajar pelan-pelan:
Kadang kita naik, lalu turun, lalu datar. Lalu ulang lagi.
Kita enggak salah kalau belum sembuh.
Kita salah kalau maksa diri buat sembuh secepat mungkin.
Tapi bedanya, kita enggak berlomba sama siapa-siapa.
Enggak ada medali di akhir.
Tapi ada versi diri yang lebih utuh, lebih jujur.
Dan lucunya, kadang justru di momen-momen patah, kita lebih kenal siapa diri kita sebenarnya.
Jadi kalau lo lagi di fase ngerasa stuck, capek, atau bertanya-tanya kapan perasaan ini bakal selesai…
Tarik napas.
Peluk dirimu.
Lo sedang jalan. Meskipun pelan. Meskipun sambil merangkak.
Dan itu udah cukup berani.
Sekarang giliran lo cerita...
Pernah gak ngerasa kayak "kok aku balik ke fase sedih lagi padahal udah merasa sembuh?"
Atau lo punya cara sendiri buat ngelewatin hari-hari gelap?
Siapa tahu ceritamu jadi pelita buat orang lain. 🌿
Tidak ada komentar: