Tidak Semua Perlu Dijawab: Seni Diam di Dunia yang Bising
Pernah nggak, kamu merasa hidupmu seperti forum terbuka?
Rasanya semua orang ingin tahu — atau malah merasa perlu memberi pendapat.
Dan kita, sering kali, merasa harus menjawab.
Padahal… tidak semua perlu dijawab.
Dia ditanya begini oleh rekan kerjanya:
“Kok kamu nggak ikut nongkrong tiap Jumat malam?”
Atau alasan pribadi bahwa ia lebih nyaman pulang lebih awal?
Dan menariknya, percakapan pun berhenti di situ.
Berapa banyak energi yang kita habiskan hanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak butuh jawaban?
- “Kapan nikah?”
- “Kok belum punya anak?”
- “Kerja di situ gajinya berapa?”
- “Kok lebih milih begitu?”
Seolah-olah hidup kita adalah buku terbuka yang bebas diakses siapa saja.
PELAJARAN & NILAI STOIC
kendalikan apa yang bisa kamu kendalikan, biarkan sisanya berjalan.
Jawaban kita pada orang lain termasuk hal yang bisa kita pilih.
Kita berhak diam. Kita berhak tidak menjelaskan.
Karena sering kali, jawaban justru mengundang pertanyaan baru, debat baru, atau bahkan penilaian baru.
kita sebenarnya sedang melatih batas sehat (healthy boundaries) dalam hidup.
Jadi, lain kali saat ada pertanyaan yang menusuk, senyum saja.
Ingat: tidak semua perlu dijawab, dan tidak semua jawaban pantas dibagi.
Sekarang aku mau tanya ke kamu:
Pernahkah kamu berada di situasi di mana diam adalah jawaban terbaikmu?
Tulis ceritamu di kolom komentar — siapa tahu, pengalamanmu bisa jadi pengingat berharga untuk orang lain juga.
-------------------------------------------------------------------------
Versi Video:

Tidak ada komentar: