Menjaga Batas dalam Hubungan = Bentuk Cinta Diri
Aku Bukan Egois, Aku Sedang Belajar Menjaga Diriku Sendiri
padahal kalian nggak ribut, nggak ada konflik.
Tapi setelahnya, rasanya kayak habis lari maraton sambil bawa beban batin?
Aku pernah. Dan butuh waktu lama sampai aku sadar: ternyata aku nggak capek karena obrolannya,
tapi karena aku nggak berani bilang “nggak”.
Selalu bilang “iya” biar orang lain nggak kecewa.
Selalu mengorbankan waktuku, energiku, kadang bahkan prinsipku…
asal hubungan tetap “baik-baik aja”.
Tapi aku tetap bilang “iya”.
Setelahnya, aku pulang dengan tubuh menggigil dan hati yang remuk:
“Kenapa ya, aku bisa sepeduli itu ke orang lain, tapi lupa peduli sama diriku sendiri?”
Itu momen pertama aku sadar:
Menjaga batas adalah bentuk cinta paling jujur… untuk diriku sendiri.
Kita sering diajarkan untuk jadi “baik”. Tapi jarang diajarkan cara bilang “cukup”.
kapan kita sempat masuk dan merawat rumah kita sendiri?
Batas itu bukan tembok, tapi pagar. Bukan untuk mengusir, tapi untuk melindungi.
Biar orang tahu mana ruang pribadi, mana zona nyaman, dan mana yang sebaiknya tetap dijaga.
Sekarang, aku sedang belajar berkata:
- “Aku ingin bantu, tapi hari ini aku juga butuh istirahat.”
- “Aku sayang kamu, tapi aku juga harus menjaga diriku.”
- “Aku bukan berubah… aku sedang tumbuh.”
Dan kamu pun boleh begitu.
Tapi justru mengajak kita mencintai diri, lalu berbagi dari tempat yang utuh.
Diskusi di Kolom Komentar:
Pernah nggak, kamu merasa bersalah saat mencoba menjaga batas dengan orang lain?
Ceritain pengalamanmu di kolom komentar, yuk.
Siapa tahu, ada yang merasa relate dan merasa nggak sendirian.
Tidak ada komentar: