Love Bombing: Cinta Cepat, Rusak Perlahan
“Aku pikir aku lagi dicintai... ternyata aku cuma dijebak.”
Seseorang datang, begitu hangat, penuh perhatian, bilang kamu satu-satunya.
Tiap pagi ada pesan "Good morning, beautiful".
Tiap malam diakhiri dengan "Aku gak pernah ngerasa gini sama siapa pun sebelumnya."
Kamu merasa spesial. Dipilih. Dikasihi.
Tapi lama-lama, ada yang aneh.
Kenapa kalau kamu nggak langsung bales chat, dia langsung cemburu?
Kenapa kamu mulai ngerasa bersalah terus, padahal kamu gak salah apa-apa?
Dan tiba-tiba, semua manis itu berubah jadi tekanan.
Awalnya Manis, Tapi Ada Rasa Aneh di Tengahnya
Namanya Raka.
Dia datang di masa aku lagi lelah, baru putus, dan mulai gak percaya sama cinta.
Dia bikin aku ketawa lagi. Dia hafal kopi favoritku.
Dia tahu film kesukaanku bahkan sebelum aku cerita.
Dia bilang, “Aku pengen serius. Gak mau main-main.”
3 minggu sejak pertama ketemu, dia udah ngenalin aku ke keluarganya.
Bilang ke semua orang, “Dia jodohku.”
Cepat? Iya. Tapi waktu itu aku pikir, “Mungkin emang begini kalau udah ketemu yang tepat.”
Aku mulai ngerasa sesak.
Dia jadi marah kalau aku hangout sama temen lama.
Dia bilang aku “terlalu dingin” kalau gak ngebalas pesannya dalam 10 menit.
Dia mulai bilang, “Kamu beruntung aku sabar ngadepin kamu.”
Lambat laun, aku mulai ragu sama diriku sendiri.
Apa Itu Love Bombing?
di awal hubungan—untuk menciptakan ikatan emosional yang kuat…
Tujuannya bukan untuk mencintai,
Tapi untuk mengendalikan.
Cinta yang terlalu cepat datangnya,
Bisa jadi alat buat mengikat kita sebelum kita sempat pakai logika.
Tanda-Tanda Love Bombing yang Harus Kamu Waspadai:
- Terlalu intens di awal (sering bilang “aku cinta kamu” padahal baru kenal sebentar).
- Pujian berlebihan yang bikin kamu merasa seperti "diselamatkan".
- Cepat ingin "resmi" atau berkomitmen tanpa benar-benar kenal.
- Gak suka kalau kamu punya ruang sendiri.
- Bikin kamu merasa bersalah saat kamu minta waktu, ruang, atau batas.
Dan yang paling bahaya:
Kamu merasa “dicintai”, tapi juga selalu dalam tekanan untuk menyenangkan dia.
Akhirnya Aku Pergi. Tapi Gak Tanpa Luka.
Pergi dari Raka bukan hal gampang.
Aku takut. Aku ngerasa bersalah. Aku sempat berpikir, “Mungkin aku yang drama.”
Tapi satu malam, waktu dia marah karena aku gak angkat telpon saat lagi mandi…
Aku tahu, ini bukan cinta.
Cinta gak seharusnya menuntut sampai habis.
Cinta gak harus bikin kita takut.
“Kalau kamu harus kehilangan dirimu sendiri demi mempertahankan seseorang,
itu bukan cinta. Itu jebakan.”
Tolong percaya: kamu gak berlebihan. Kamu gak “terlalu sensitif”.
Kamu berhak merasa aman dan nyaman dalam hubungan.
Yuk Diskusi:
Pernahkah kamu merasa “dicintai terlalu cepat” tapi lama-lama terasa menyesakkan?
Apa yang kamu lakukan saat sadar bahwa perhatian itu bukan tulus, tapi manipulatif?
Mungkin kisahmu bisa jadi kekuatan buat orang lain juga.
Kalau kamu suka tulisan seperti ini, share ke teman yang perlu baca.
Kadang yang kelihatan cinta, justru yang paling beracun.
Tidak ada komentar: