Kamu Nggak Harus “Sempurna” Biar Layak Dicintai
“Kalau aku lebih kurus…
lebih pintar…
lebih sukses…
mungkin baru deh ada yang bisa benar-benar sayang sama aku”?
Kalau iya, kamu nggak sendiri.
Tapi izinkan aku cerita sesuatu yang mungkin akan bikin kamu ngelihat cinta dari sisi yang lebih jujur—dan lebih manusiawi.
“Gue capek jadi orang yang selalu harus ‘baik-baik aja’ supaya disayang,” katanya.
Dia baru putus.
Lagi.
Katanya si cowok bilang, “Kamu terlalu sensitif, aku jadi nggak nyaman.”
Mungkin dia terlalu banyak nuntut, terlalu mudah nangis, terlalu ini-itu.
Dan akhirnya, dia ngelakuin yang banyak dari kita juga lakukan: mencoba berubah jadi versi “sempurna” demi bisa dicintai.
Karena semakin dia ngilangin sisi dirinya yang "nggak enak", semakin dia merasa kosong.
Dia kehilangan dirinya sendiri… demi cinta yang bahkan nggak pernah ngelihat dirinya secara utuh.
Dan di titik itu, dia sadar:
Cinta yang tulus akan duduk di samping kamu, bahkan saat kamu sedang berantakan.
Harus kuat.
Harus kalem.
Harus cantik/ganteng.
Harus pintar.
Harus kaya.
Harus lucu tapi nggak norak. Harus mandiri tapi jangan terlalu dominan.
Tapi gimana kalau cinta yang paling tulus justru datang saat kita berani tampil sebagai manusia biasa—dengan luka, takut, marah, dan tangis?
Gimana kalau kamu nggak harus sempurna dulu buat jadi pantas dicintai?
Jadi, buat kamu yang lagi ngerasa “nggak cukup” dan mikir harus berubah biar ada yang mau sayang…
Lihat dirimu sekarang.
Dengan segala lebih dan kurangmu, kamu tetap layak dicintai.
Bukan nanti, bukan kalau udah berubah.
Tapi sekarang juga.
Karena cinta yang sejati itu nggak buta.
Dia melihat semuanya—dan tetap memilih tinggal.
Bagaimana menurutmu?
Atau justru pernah merasa dicintai saat lagi jadi diri sendiri sepenuhnya?
Cerita di kolom komentar ya. Mungkin kisahmu bisa jadi penguat buat yang lain. ❤️
Tidak ada komentar: